Laman

Selasa, 10 April 2012

PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ( PKK )

 

Sejarah perkembangan PKK  

Pembangunan Nasional dapat terwujud, jika di satu pihak ada fasilitas dan pelayanan publik yang memadai, dan di lain pihak ada warga dan masyarakat yang secara sadar turut berpartisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negara yang berdaulat. Dalam rangka ini setiap warga negara mempunyai kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan potensinya, dan terutama mempunyai tangung jawab sosial sebagai warga negara. Untuk ini diperlukan pula adanya lingkungan yang kondusif, dimana seseorang dapat berusaha dan mengembangkan potensi atau kemampuannya.

Sebagaimana telah dikemukakan, lebih dari 50 % dari penduduk Indonesia adalah perempuan, terutama mereka yang tinggal di perdesaan. Dan sebagian besar di antaranya ada dalam status ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah. Ini merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya angka harapan hidup yakni laki – laki : 63 tahun, perempuan 67 tahun, dan angka kematian ibu (AKI) cukup tinggi yaitu : 307 per 100.000 kelahiran, serta angka kematian bayi (AKB) juga cukup tinggi yaitu : 46 per 1.000 kelahiran. Menyadari hal ini, maka PKK tergerak untuk meningkatkan kegiatannya khususnya upaya-upaya penurunan AKI dan AKB.

Melihat penderitaan yang dihadapi keluarga-keluarga di Jawa Tengah saat itu, terutama di perdesaan, ibu Isriati Moenadi sebagai isteri Gubernur Jawa Tengah, merintis terbentuknya Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai gerakan masyarakat yang bertujuan “mewujudkan kesejahteraan keluarga, atas kesadaran dan kemampuan keluarga itu sendiri”.

Untuk mewujudkan ini, PKK melaksanakan “Sepuluh Program Pokok PKK”. Pada tahun 1967 Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, sebagai gerakan   mulai dibentuk di seluruh Jawa Tengah. Keberadaan PKK ditengah-tengah masyarakat sangat dirasakan manfaatnya.
Apa yang telah dirintis Ibu Isriati Moenadi, dilanjutkan kemudian oleh Ibu Kardinah Soepardjo Roestam, sebagai Ketua PKK Provinsi Jawa Tengah, yang selanjutnya tahun 1983 menjadi Ketua Umum Tim Penggerak PKK. Saat itu kegiatan PKK ditingkatkan dan dikembangkan melalui upaya membangkitkan dan menggerakkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang akhirnya menarik perhatian berbagai kalangan, sehingga PKK banyak dikunjungi tamu-tamu baik dari dalam maupun luar negeri.

Pada tahun 1972, Menteri Dalam Negeri menginstruksikan kepada  Gubernur di seluruh Indonesia, agar gerakan PKK dilaksanakan dan ditingkatkan di seluruh wilayah Indonesia. Tim Penggerak PKK dibentuk di semua tingkat administrasi : Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelurahan, yang diketuai  oleh  isteri  Pimpinan  Daerah  setempat.
PKK adalah suatu gerakan pembangunan yang tumbuh dari bawah, dikelola oleh, dari dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang sejahtera.
PKK adalah lembaga sosial kemasyarakatan yang independen non profit dan tidak berafiliasi kepada suatu partai politik tertentu.
 

10 PROGRAM POKOK PKK

1. Penghayatan dan Pengamalan PANCASILA
Pancasila  adalah  landasan  ideologi  negara  Indonesia,  dan  terdiri  dari  5 prinsip yang tidak terpisahkan, meliputi : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila digali dari nilai budaya Indonesia, yang mencakup kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, lebih mementingkan kepentingan nasional dari pada kepentingan diri sendiri atau keluarga. Mengembangkan rasa kebersamaan, taat pada peraturan dan hukum yang berlaku, berbudi pekerti luhur serta berwatak mulia.

2. Gotong Royong
Ini adalah sikap kebersamaan, saling membantu. Sikap gotong royong sudah ada dalam tradisi, budaya hidup masyarakat, seperti :
- Arisan, Tengelan, Selapanan, Sambatan, Patungan, Lebotan, Jimpitan (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
- Resaya, Tabur (Jawa Timur)
- Rereyongan Sarumpi (Jawa Barat)
- Subak, Sekaha (Bali)
- Basuri, Matag, Siru (Nusa Tenggara Barat)
- Arong, Engko, Gemoking (Nusa Tenggara Timur)
- Sakai-sembahyangan (Lampung)
- Marsi-dapara (Sumatera Utara)
- Pela, Masori (Maluku)
- Mapalus (Sulawesi Utara)
- Puludow, Pongerih (Kalimantan)

3. Pangan
Dalam hal pangan, PKK menggalakkan penyuluhan untuk pemanfaatan pekarangan, antara lain dengan menanam tanaman yang bermanfaat, seperti sayuran, ubi-ubian, buah-buahan dan bumbu-bumbuan. Bahkan juga dianjurkan memelihara unggas dan ikan serta cara pemeliharaannya di lahan pekarangan mereka sendiri. Hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga, dan selebihnya dapat dijual untuk menambah pendapatan keluarga dan meningkatkan penganekaragaman pangan lokal. Pembinaan teknis diadakan dalam kerjasama dengan dinas pertanian setempat.

4. Sandang
Sebagai salah satu kebutuhan dasar, pakaian sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian, sikap, perilaku dan kesehatan. Di berbagai daerah, PKK menggalakkan upaya untuk dapat memanfaatkan produk bahan dan corak pakaian setempat, dengan mencintai produksi dalam negeri.

5. Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga
Rumah bukan sekedar tempat untuk berteduh saja. Rumah adalah tempat dimana keluarga dapat hidup bersama dan meningkatkan kualitas hidupnya, dalam lingkungan yang nyaman, damai, bersih dan apik.
Orang perlu mengetahui bagaimana menata rumah sehat, menarik dan nyaman. Selain itu, perlu pula mengetahui bagaimana menjaga kebersihan rumah dan memanfaatkan pekarangan.

6. Pendidikan dan Keterampilan
Dalam hal ini PKK memanfaatkan jalur pendidikan non-formal. Dengan adanya Program “Wajib Belajar”, maka PKK menganjurkan keluarga untuk dapat memberikan pendidikan yang baik bagi putera-puterinya. Anak laki-laki maupun perempuan, perlu mendapat kesempatan belajar yang sama. Sebagai mitra pemerintah, maka dewasa ini PKK juga berperan dalam melaksanakan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Bina Keluarga Balita (BKB).
Dalam rangka Pemberantasan Buta Aksara, PKK melaksanakan “Paket A, B dan C”, yang dapat disejajarkan dengan SD, SMP dan SMU. PKK percaya bahwa pendidikan adalah proses seumur hidup. PKK juga melaksanakan program Keaksaraan Fungsional. Proses belajar program ini berdasarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan peserta kursus.

Selesai kursus kelompok belajar diikutkan dalam kursus keterampilan kerja, dan selanjutnya kelompok diberi modal usaha. Selain dari itu, PKK juga menggalakkan pelatihan atau kursus untuk membuat berbagai kerajinan tangan, produk-produk makanan dan minuman yang hasilnya dapat dijual. Ini membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

7. Kesehatan
Kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia. Orang harus belajar bagaimana cara menjaga, memelihara kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya. Memelihara kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya sangat erat kaitannya dengan persoalan kemiskinan dan ketidak tahuan, serta pendidikan yang rendah.
Setiap orang mempunyai tugas kewajiban dan bertanggung-jawab untuk memelihara kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Orang harus tahu dan mewujudkannya dalam sikap hidup sehari-hari untuk hidup bersih dan sehat, menjaga lingkungan yang sehat, baik di dalam, maupun diluar rumah. Perhatian khusus ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui. Untuk mendekatkan sistem pelayanan kesehatan kepada golongan ini, dibentuk Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), dengan kader Posyandu yang terlatih.
Ada 5 Pelayanan Dasar di Posyandu, yaitu : Imunisasi, Gizi, Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan Penanggulangan Diare. Secara teratur ibu hamil memeriksakan diri di Posyandu, dan membawa anak balitanya untuk pemeriksaan kesehatan (penimbangan anak dan imunisasi). Penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan keluarga berencana diadakan di Posyandu, bahkan diadakan pula pemberian maknan tambahan serta demonstrasi tentang makanan bergizi.
Kader Posyandu mendapat pelatihan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan yang menjadi program Posyandu. Untuk menjaga semangat kerja Kader Posyandu, PKK menyelenggarakan  Jambore Nasional Kader Posyandu yang diadakan sekali dalam lima tahun. Pengalaman menyatakan bahwa hal ini sangat membantu dalam upaya memotivasi semangat kerja kader bahkan juga Tim Penggerak PKK setempat.
Untuk meningkatkan kepedulian kepada para lanjut usia (Lansia), diadakan juga Posyandu Lansia.

8.    Pengembangan Kehidupan Berkoperasi
PKK menganjurkan pembentukan koperasi sebagai upaya pemberdayaan keluarga dengan meningkatkan pendapatan. Koperasi juga merupakan jalur yang baik dalam melatih mewujudkan prinsip kehidupan demokratis dan kerjasama antar-manusia. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) di beberapa daerah ditingkatkan menjadi koperasi.
Selain manfaat bagi peningkatan ekonomi keluarga, koperasi juga dapat menjadi jalur menciptakan lapangan kerja setempat.

9.    Kelestarian Lingkungan Hidup
Program ini sangat membantu dalam menjaga keseimbangan lingkungan secara ekologis.  Menjaga kelestarian lingkungan menjadi faktor yang sangat penting dewasa ini. Banyak bencana alam yang disebabkan karena lingkungan yang rusak. PKK memberikan penyuluhan sederhana agar lingkungan tidak dirusak dan mencegah pencemaran sumber air, antara lain tidak membuang sampah di sungai atau selokan, serta melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dan penyuluhan – penyuluhan kesehatan lingkungan.

10.   Perencanaan sehat
Perencanaan sehat mencakup antara lain upaya meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengelola keuangan keluarga secara efektif, efisien dengan memperhatikan kepentingan masa depan.

Anjuran untuk meyimpan uang di Bank, melaksanakan Keluarga Berencana, adalah anjuran kongkrit yang digalakkan dalam program ini. Dalam hal keuangan dianjurkan agar hidup keluarga tidak “besar pasak dari tiang”.

Mampu untuk membagi waktu dengan baik, yaitu waktu untuk mengelola rumahtangga, untuk bekerja, beristirahat, santai bersama keluarga, membagi pekerjaan dikalangan anggota keluarga yang didasarkan kemampuan masing-masing. Semua ini dapat membantu dalam upaya membangun kehidupan keluarga yang lebih teratur, terarah, efektif, efisien dan membawa bahagia bagi setiap anggota.

Pada dasarnya 10 Program Pokok PKK sudah mencakup upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisik, mental dan sosial.




Lambang PKK adalah lambang sebagaimana yang telah ditentukan dalam Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor48 Tahun 1983.

a. Bentuk

Akolade melingkar segi lima dalam arti Pancasila sebagai dasar Gerakan PKK
1. Bintang
2. 17 Butir Akpas, 8 simpul pengikat dan 45 butir padi
3. Akolade melingkar
4. Rangkaian mata rantai
5. Lingkaran putih dengan tulisan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, berwarna hitam
6. 10 buah ujung tombak yang tersusun merupakan bunga

b. Warna

Warna lambang terdiri dari :
1. Warna dasar lambang adalah biri benhur
2. Warna kuning yang dimaksud adalah warna kuning emas, untuk :

1) Gambar Bintang
2) Gambar Padi
3) Gambar Rantai
4) Gambar Kelopak Bunga Kapas
5) Gambar Tangkai Padi dan Tangkai Kapas
6) Gambar Akolade Segi Lima

3. Warna putih yang dimaksud adalah :
a) Putih Perak untuk :
1) Gambar 10 mata tombak dalam lingkaran paling dalam
2) Gambar alokade melingkar
3) Gambar bunga kapas
4) Delapan simpul pengikat tangkai padi dan kapas

b) Putih Kapas untuk :
1) Lingkaran sebagaidasar tulisan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
2) Bunga Kapas khusus yang dicetak pada logam

c. Arti

1. Warna :
a) Biru melambangkan suasana damai, aman, tenteram dan sejahtera
b) Putih melambangkan kesucian dan ketulusan untuk satu tujuan dan itikad
c) Kuning melambangkan keagungan dan cita – cita
d) Hitam melambangkan kekekalan/keabadian

2. Komponen :
a) Segilima melambangkan Pancasila sebagai dasar Gerakan PKK.
b) Bintang melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa
c) 17 butir kapas, 8 buah simpul pengikat, 45 butir padi melambangkan kemerdekaan RI dan kemakmuran
d) Akolade melingkar melambangkan wahana partisipasi masyarakat – masyarakat dalam pembangunan yang memadukan pelaksanaan segala kegiatan dan prakarsa serta swadaya gotong royong masyarakat dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan untuk mewujudkan Ketahanan Nasional.
e) Rangkaian Mata Rantai melambangkan masyarakat yang terdiri dari keluarga – keluarga sebagi unit terkecil yang merupakan sasaran Gerakan PKK.
f) Lingkaran Putih melambangkan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.
g) 10 buah ujung tombak yang tersusun merupakan bunga melambangkan gerakan masyarakat dalam pembangunan dengan melaksanakan 10 Program Pokok PKK dan sasarannya keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat.

Arti keseluruhan :

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang merupakan gerakan nasional untuk pembangunan keluarga, berazaskan Pancasila dan UUD 1945 dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melakukan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan untuk menghimpun, menggerakan dan membina masyarakat dengan melaksanakan 10 Program Pokok PKK dengan sasaran keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat untuk mewujudkan keluarga sejahtera yang selalu hidup dalam suasana damai, aman, tertib, tenteram, makmur dan sejahtera dalam rangka Ketahanan Nasional

 

VISI DAN MISI GERAKAN PKK

VISI
Terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa     kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju-mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

MISI
  1. Meningkatkan mental spiritual, perilaku hidup dengan menghayati dan mengamalkan pancasila serta meningkatkan pelaksanaan hak dan kewajiban sesuai dengan hak azasi manusia (HAM), demokrasi,meningkatkan kesetiakawanan sosial dan kegotongroyongan serta pembentukan watak bangsa yang selaras, serasi dan seimbang.
  2. Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan yang diperlukan, dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta  pendapatan keluarga.
  3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan keluarga, serta upaya peningkatan pemanfaatan pekarangan melalui halaman asri, teratur, indah dan nyaman (hatinya) PKK, sandang dan perumahan serta tata laksana rumah tangga yang sehat.
  4. Meningkatkan derajat kesehatan, kelestarian lingkungan hidup serta membiasakan hidup berencana dalam semua aspek kehidupan dan perencanaan ekonomi keluarga dengan membiasakan menabung.
  5. Meningkatkan pengelolaan gerakan PKK baik kegiatan pengorganisasian maupun pelaksanaan program-programnya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat.

Tujuan dan Pengorganisasian PKK

Gerakan PKK bertujuan memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.
Tim Penggerak PKK berada di tingkat pusat sampai dengan desa/kelurahan, PKK dikelola dan digerakkan oleh Tim Penggerak PKK yang diketuai oleh isteri Pimpinan Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa/Lurah), secara fungsional. Dapat dikemukakan bahwa kunci berkembangnya program dan kegiatan PKK, justru ada peran nyata diwujudkan oleh istri Pimpinan Daerah.

Strategi PKK dalam upaya menjangkau sebanyak mungkin keluarga, dilaksanakan melalui “Kelompok Dasawisma”, yaitu kelompok 10 – 20 KK yang berdekatan. Ketua Kelompok Dasawisma dipilih dari dan oleh anggota kelompok. Ketua Kelompok Dasawisma membina 10 rumah dan mempunyai tugas menyuluh, menggerakkan dan mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya, seperti adanya ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang sakit, orang yang buta huruf dan sebagainya. Informasi dari semuanya ini harus disampaikan kepada kelompok PKK setingkat diatasnya, yang akhirnya sampai di Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan.

Anggota Tim Penggerak PKK adalah para relawan, yang tidak menerima gaji, baik perempuan maupun laki-laki, yang menyediakan sebagian dari waktunya untuk PKK.  Walaupun sasaran PKK adalah keluarga, khususnya ibu rumah tangga, perempuan, sebagai sosok sentral dalam keluarga. Ia tidak hanya mengurus soal kehidupan rumah tangganya dan mengasuh anak saja. Banyak diantara ibu rumah tangga yang membantu suami disawah, bahkan berusaha menambah pendapatan keluarga dengan berjualan.

Tim Penggerak PKK berperan sebagai motivator, fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak. Pembinaan tehnis kepada keluarga dan masyarakat dilaksanakan dalam kerjasama dengan unsur dinas instansi pemerintah terkait.
 

BAGAN MEKANISME GERAKAN PKK

 


PROGRAM DASA WISMA

Pengembangan Kelompok Dasawisma ditujukan demi mempercepat pencapaian sasaran pembangunan kependudukan dan Keluarga Berencana.

Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) bersama Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)se-Indonesia 2012 yang berlangsung di Jakarta, Selasa (13/3) mengusung tema "Melalui Peningkatan Komitmen TP PKK, kita tingkatan Kinerja Lini Lapangan dan Kelompok Dasawisma untuk mempercepat Pencapaian Sasaran Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana". 

Wakil Presiden Republik Indonesia telah menginstruksikan agar gaung dari Posyandu dan Pelayanan KB terus ditingkatkan.

"Salah satu gaung yang telah dilakukan oleh BKKBN adalah dengan menambahkan tulisan terkait dengan pelayanan Keluarga Berencana pada kemasan air minum mineral. Kepada TP PKK Provinsi, agar mengikuti jejak yang telah dilakukan oleh BKKBN,"

Sementara itu, pelaksanaan Peringatan Hari Keluarga Nasional (HKN), akan diadakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada akhir bulan Juni 2012, dan direncanakan dibuka Presiden RI. 
( Sumber Situs TP PKK Pusat ).



Senin, 02 April 2012

" KESEJATIAN PEREMPUAN "

PEREMPUAN; maka yang akan terbayang oleh lelaki tentang kelembutan, kecantikan, keharuman, pokoknya mengarah kepada kegairahan nafsu. Lelaki dibawa ke angan-angan yang dapat mengikat perempuan dalam benaknya; lekat tak terpisahkan. Di bentangan waktu lelaki, perempuan menjadi objek yang selalu hadir menyemburkan semangat lelaki untuk menguasainya. Sosok perempuan sumber cahaya yang tak pernah lelah menerangi dan lelaki senantiasa ingin memiliki jelaga cahaya itu dengan apapun caranya.

Keinginan yang mengebu-ngebu bagi lelaki, menyebabkan perempuan dipandang tidak memiliki kekuatan, sehingga lelaki berdiri tegak sebagai superior mendominasi perempuan. Pandangan lelaki lebih kuat dibandingkan perempuan mengakibatkan kaum hawa terus menerus menjadi objek penderitaan. Kaum lelaki berada di atas angin ingin menguasai perempuan, sementara perempuan seakan patah semangat untuk menunjukkan mereka juga memiliki kekuatan.

Untuk itulah perlu mematahkan pandangan lelaki lebih perkasa dibandingkan perempuan. Citra yang terbangun selama ini, lelaki lebih dibandingkan dengan perempuan, secara psikologis membangkitkan keinginan lelaki lebih besar lagi untuk menguasai perempuan. Maka lelaki pun melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap perempuan, terjadilah pelecehan seksual, kekerasan rumah tangga, bahkan perempuan dieksploitasi untuk kepentingan perempuan.

Mengatasi masalah perempuan makhluk lemah dibandingkan lelaki, membuka mata para pejuang perempuan melakukan gerakan menyetaraan perempuan sama dengan lelaki. Bermunculanlah pendapat tentang sebab perempuan ditindas oleh lelaki. Sistem patriarki meletakkan perempuan sebagai kelompok lain, sehingga lelaki dengan kekuasaannya menindas perempuan. Kelompok Feminis Marxis menganggap kapitalisme-lah penyebab utama dari ketertindasan perempuan; dominasi lelaki terhadap perempuan sama seperti dominasi modal terhadap buruh. Sementara Feminis Liberal memandang penindasan perempuan oleh lelaki disebabkan prasangka lelaki terhadap perempuan yang terlembaga dalam hukum partikular masyarakat yang menganggap perempuan itu lemah.

Gerakan perempuan sama dengan lelaki terus berlangsung. Dalam karya sastra, perbedaan gender ini menjadi inspirasi yang tidak pernah kering. Banyak penulis perempuan mengekspresikan kegundahan ataupun keinginan mereka dalam karya sastra. Mereka (penulis perempuan) terus ‘meledakkan’ pikiran bahwa perempuan sama dengan lelaki. Semangat perempuan ingin ‘terbang’ bersama lelaki semakin gencar ‘diproduksi’ dalam karya sastra. Herlela Ningsih, salah seorang penyair perempuan Riau, yang terus mengibarkan kesamaan gender di Tanah Melayu ini melalui karya-karya sastra, terutama puisi.

Salah satu puisi Herlela Ningsih yang mengibarkan kebesaran perempuan berjudul ‘’Musim Bermula’’. Puisi ini telah dibukukan dalam Kumpulan Puisi Penyair Perempuan se-Sumatera dengan judul yang sama, Musim Bermula. Buku yang memuat 18 penyair perempuan asal Sumatera ini, diterbitkan oleh Himpunan Perempuan Seni Budaya Pekanbaru (HPSBP) pada tahun 2001.

Dalam puisi ‘’Musim Bermula’’, Herlela Ningsih memperlihatkan bahwa perempuan merupakan makhluk Tuhan yang memiliki ketabahan dan tidak mudah putus asa berjuang. Mereka (perempuan) terus menancapkan keinginan di bentangan keadaan. Perjuangan masa lalu, masa kini dan masa akan datang, tidak pernah pudar, selalu ada harapan.

Setelah musim berganti
musim bermula kami bentangkan
jadi kanvas musim ke musim

Bait pertama puisi ‘’Musim Bermula’’ ini, memperkokoh keinginan memposisikan perempuan sebagai makhluk yang optimis, berharap dan terus berharap dengan keikhlasan. Perempuan juga tidak pernah takut berhadapan dengan masalah apapun, karena perempuan yakin, kerelaan menjadi senjata dalam menyelesaikan masalah. Kerelaan menjadi modal dasar untuk membangun kesejatian. Pada baris pertama puisi ini, kata musim mewakili keadaan yang sudah selesai dilalui, namun harapan masih belum tuntas. Maka pada baris kedua, recupan harapan terus mekar. Waktu kini menjadi jalan untuk mewujudkan keinginan yang belum tuntas itu. Dengan membentang harapan pada hari ini, secara tidak langsung akan menghasilkan keyakinan untuk masa akan datang.

Ketabahan menjadi kata kunci untuk membongkar kekuatan perempuan. Mereka (perempuan) mampu tetap bertahan menghadapi segala macam cobaan hidup dan ketabahan inilah yang membentuk citra perempuan itu kelihatan lemah. Padahal bertahan dengan ketabahan merupakan strategi mengungkai masalah sampai masalah tersebut benar-benar terselesaikan. Sederhana memang, namun untuk tetap bertahan dalam ketabahan itu diperlukan energi ekstra.

Kanvas sederhana namun sarat warna
Ketika menemui kesia-siaan
Semakin bersemangat untuk mencari

lalu rinai hujan mengalir membasahi kalbu
puisi pun merimbun di telaga kasih
kelopaknya memekarkan cinta dan kesetiaan
memecah kefanaan misteri di lubuk nurani
mengabadikan cinta dalam mahkota paling mawar
menggugurkan kabut asap di genangan bathin

aduhai
di musim bermula
kusiram benih hati yang melayu
di bakar kemarau
tersenyum kembang abadi
yang tak akan layu musim ke musim
kejora di matamu
membeningkan musim bermula

‘Apa adanya’ yang datang dari keikhlasan merupakan jalan menuju ketabahan. Jalan ini membuka alternatif untuk terus berbuat, sehingga segala macam persoalan menjadi terang. Pandangan makhluk lemah yang selama ini melekat pada sosok perempuan, terpatahkan. Perempuan tidak kenal kata menyerah, walaupun berhadapan dengan kebuntuan, mereka tetap berjuang mencari dan terus mencari untuk menemukan hakikat perjuangan, yaitu; menyelesaikan masalah dengan kesetiaan.

Mengedepankan perasaan bukanlah sesuatu kelemahan. Sensitivitas yang datang dari mata batin akan merecupkan cahaya dalam mengarungi segala macam ketidakjelasan hidup ini. Perasaan membentuk hipotesis yang harus diselesaikan dengan tindakan. Inilah gaya elegan perempuan dalam menyelesaikan masalah. Mereka tetap mengedepankan nilai keutuhan cinta, kesetiaan dalam mengambil sikap, walaupun duka mendera mereka.

Menjunjung cinta dan kesetiaan merupakan kelebihan perempuan. Kelembutan menjadi senjata untuk tetap bertahan. Kata puisi yang terdapat dalam baris kedua bait ketiga, mewakili perasaan perempuan yang terpendam dan pada akhirnya membuahkan rimbunan kasih. Kasih sayang menjadi perekat untuk tetap bertahan. Setelah rasa cinta cinta memunculkan kesejatian, segala kegelisahan perempuan mengembang keikhlasan. Perbuatan yang berdasarkan keikhlasan inilah yang dilihat sebagai kelemahan, padahal keikhlasan merupakan pondasi untuk membangun penyelesaian yang lebih arif.

Puisi Herlela Ningsih ini juga terasa aneh. Metafora yang digunakan terlalu dipaksakan, sehingga memunculkan kesan keliaran. Disaat membicarakan ‘keperkasaan’ perempuan secara universal, Herlela menarik permasalahan perempuan ke wilayah sempit mengenai perempuan Melayu. Seharusnya Herlela tidak memaksa ‘kehendaknya’, biarlah perempuan hadir di dalam puisinya secara umum tidak terpilah-pilah. Bukankah semua perempuan di dunia ini, menganggap dirinya tertindas oleh hegemoni lelaki?

Herlela sudah mencoba. Tidak banyak perempuan menyuarakan perlawanan melalui karya sastra. Di Riau, penulis perempuan masa kini dapat dihitung dengan jari. Herlela telah mengumpulkan kegelisahan itu dengan kumpulan puisi Musim Bermula.***

Hang Kafrawi

SUMPAH

Sumpah adalah pernyataan dan hakikat pergumulan tekad, perwujudan hasrat hingga pada kebulatan niat untuk melakukan sesuatu. Sumpah adalah konsekuensi dan menuntut tanggung jawab para pengucap sumpah. Dalam kehidupan kita sumpah erat dan intim dengan persoalan religiositas manusia yang berhadapan dengan Tuhannya. Sumpah sebagai tanda perwujudan kepasrahan sekaligus tantangan manusia menjadi manusia tangguh. Dengan sumpah itu pula manusia menghilangkan dirinya dan meleburkan dirinya kepada tekad, usaha hingga keputusan Tuhan.

Mengapa penulis mesti mewujudkan dirinya atau meleburkan dirinya untuk mengucap sumpah menulis? Barangkali pertanyaan ini pun sulit dijawab bagi para penulis atau orang yang mau bertekad menjadi seorang penulis. Mengapa pula orang mesti menulis? Untuk apa menulis? Pertanyaan tersebut menemui para penjawabnya, menemui para penulis itu sendiri setelah mengalami permenungan, penghayatan, hingga refleksi yang mengental untuk mengucap sumpah menulis dan menjawab pertanyaan mengapa ia harus menulis. Penulis memiliki hak untuk menjawab dan menentukan untuk apa ia mesti menulis. Kehadiran dan keputusan seseorang untuk menulis menimbulkan risiko, tanggung jawab hingga pada gangguan atas pertanyaan tersebut. Bahkan kegelisahan yang tak henti yang menimbulkan kreativitas selanjutnya sehingga ia menghasilkan kreativitas dan tulisan berikutnya.

Luka dan Memoar

Poppy Donggo Hutagalung pernah menceritakan tentang kepenulisannya. "Kami akan mati kering bila menggantungkan hidup pada penghasilan mengarang atau menyair. Berpikir ke arah itu saja sepertinya tak berani. Untuk sebuah buku dongeng saya harus menunggu sekitar satu tahun. Jadi, bagi saya tak ada kemungkinan menggantungkan hidup pada mengarang, apalagi menyair. Walaupun demikian, dunia kepengarangan dan kepenyairan tetap menarik hati saya, sekalipun nantinya saya tidak mampu lagi mengarang" (1983). Menulis menyimpan derita, luka hingga memoar pahit bagi Poppy Donggo Hutagalung. Kisah ini adalah sepenggal kisah yang menuntut bahwa dunia kepenulisan adalah siksaan dan tragisme.

Seorang penulis novel best seller dari Solo pun mengisahkan cerita yang tidak jauh berbeda, ia harus berhadap-hadapan dengan kepentingan redaksi dan juga kepentingan penerbit. "Sangat menjengkelkan ketika tokoh, alur, hingga cerita dibabat habis oleh redaksi hanya demi satu kepentingan, yakni kepentingan pasar," kata Sanie B. Kuncoro, penulis novel Ma Yan. Menulis mesti menanggung konsekuensi itu, meskipun terkadang banyak penulis mencoba menghindar, dan menolak dari derita dan siksaan itu.

Tak hanya menulis karya sastra, menulis esai pun membawa derita yang lebih menyakitkan. "Seorang penulis yang tak mau membaca akan mati di telan zaman." Bandung Mawardi adalah salah satu esais yang menekuni, menggeluti, dan bersumpah dengan menulis. "Hidup saya mesti dihabiskan untuk membaca buku, menonton film, jadi bapak rumah tangga sambil menangisi hidup yang terkadang menyiksa, tetapi saya memiliki tekad akan terus menulis dan menulis, saya memutuskan untuk menulis."

Hidup jadi taruhan dan bukti bahwa menulis mesti harus dilakoni. Sampai-sampai anaknya perlu diberi nama Abad Doa Abjad. Menulis adalah hidupnya. Ia bertaruh, bergelut untuk mewujudkan tulisan. Tulisan itulah yang menghidupi, kerja kata itu yang mengekalkan dan membawanya hidup dalam tulisan dan dihidupi dari tulisan.

Jalan Hidup

Adalah wartawan Andreas Harsono yang memiliki keyakinan kuat yang ia temukan dari gurunya, Bill Kovach, seorang jurnalis Amerika. Ia memiliki spirit yang ditularkan bagi dirinya. Menjadi wartawan tak lain adalah jalan hidup. "Dengan kualitas informasi yang jelas dan bermutu, maka kita secara tidak langsung masyarakat akan lebih berkualitas dalam hidupnya." Tulisan dalam dunia jurnalistik pun memiliki pilihan dan jalan tersendiri. Tulisan menyimpan misi menyampaikan kebenaran. Kebenaran itulah yang sering diusung dan menjadi pertaruhan dalam dunia jurnalisme.

Eugene Meyer (1933) dalam Harian Washington Post menyatakan: "Dalam menyajikan kebenaran, surat kabar ini kalau perlu mengorbankan keuntungan materialnya, jika tindakan itu diperlukan demi kepentingan masyarakat." Sebab itulah Andreas Harsono berani mengucap semacam sumpah: "Agama saya adalah jurnalisme" yang dituliskan dalam bukunya. Ia tak sekadar ingin menegaskan bahwa menulis yang benar, menyampaikan fakta yang benar tak jauh beda dengan menyampaikan dan menyatakan firman dan misi Tuhan. Sebab itulah ia menyatakan jurnalisme tak beda dengan persoalan religiositas atau agama.

Tulisan menjadi saksi, menjadi bukti, menjadi taruhan bahwa hidup mesti dilakoni dan dijalankan. Menulis adalah kerja tak selesai yang mengandung misi, menyimpan tekad dan membawa biografi. Sumpah menulis! Siapa berani? Dengan risiko, dengan pergulatan, dengan permenungan yang harus ditanggung. Untuk apa? Meminjam kata Pramoedya: "Menulis merupakan terjemahan dari keadaan bahwa kehadiranku masih ada gunanya bagi kehidupan." Bagaimana dengan Anda?

Arif Saifudin Yudistira