Laman

Minggu, 16 September 2012

YANG RINGAN-RINGAN

Jangan Jadi Manusia Lilin! 

Adalah sebuah kedewasaan jika semakin bertambahnya umur, kita pun semakin dewasa. Tanda sebuah kedewasaan adalah perubahan sikap yang semakin bijak dalam menyikapi setiap persoalan dalam hidup. Salah satu cara agar kita lebih dewasa adalah dengan mengkaji kata kata bijak dan mendalami maknanya.

Jangan Jadi Manusia Lilin!
Jika berbicara tentang lilin, apakah yang dapat terbayang dalam benak fikiran kita tentang lilin ?
Lilin, terbayangkan sebatang yang berwarna warni, api, dan cahaya.
Lilin, adakah dari kita yang tidak mengenal lilin ? Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat.
Sejak zaman dahulu kala, penerangan yang nenek moyang kita digunakan adalah api, atau dalam bentuk kecilnya adalah lilin. Kalau lilin kita gunakan untuk menerangi dalam kegelapan, sungguh akan terlihat sangat indah.
Pernah kita dengar pribahasa tentang lilin, baik itu dari kedua orang tua, guru, teman, atau dari masyarakat sekeliling kita.
Kecil menjadi teman, apabila besar akan menjadi lawan.
Itulah api, saat api yang menyala kecil akan menjadi teman bagi kita, karena dapat menerangi kita dari kegelapan. Namun apabila api tersebut menjadi besar, secepat kilat api akan menjadi lawan yang sangat mematikan. Kalau pada zaman sekarang ini, serba modern dan canggih, kalau mati lampu ada genset, atau menggunakan lampu emergency, lilin pun hampir punah. Tetapi kalau penggunaan lilin untuk hiasan sangat banyak ditemukan atau lilin digunakan dalam upacara agama, perayaan ulang tahun, dan sebagainya.
Lilin dapat digunakan untuk menerangi orang lain dengan cahayanya yang redup redup indah, memberikan kehangatan bagi orang lain, tetapi malah membakar dirinya sendiri, dan lama kelamaan akan padam..
Itulah yang dapat kita analogikan untuk diri kita sekarang ini. Menganalogikan diri kita seperti sebatang lilin yang ingin selalu terang dan menerangi atau kita memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada orang lain sementara disatu sisi lama-kelamaan diri kita padam, dan orang lain tetap benderang..
Dengan kata lain, analogi pemikiran yang baru itu adalah “Saat lilin memberikan cahaya, menerangi orang lain, seharusnya semakin terang dan benderang pulalah kita, bukan sebaliknya, kita padam dan akhirnya menjadi bongkahan lilin yang tiada gunanya”

Apa jadinya jika kita menjadi manusia lilin ?
Sadarkah saat kita mengingat, seberapa besar cahaya yang kita berikan untuk menerangi orang lain, terus dan terus menerangi, hingga akhirnya kita menjadi bongkahan lilin akan semakin kecil dan kecil, yang semulanya lilinnya panjang menjadi pendek, dan pada akhirnya cahaya dari lilin akan padam, dan akan memadamkan diri kita sendiri..
Oleh karena itu kawan, janganlah menjadi manusia lilin, yang hanya menerangi orang lain sementara lama-kelamaan diri kita padam dan orang lain tetap benderang.
===========
(sumber:4shared.com)

Tidak ada komentar: